PADA SEBUAH TAMAN
2 min readGUNOTO SAPARIE
PADA SEBUAH TAMAN
di taman ini, malam tak pernah memilih siapa yang duduk
lampu redup mencatat nama-nama yang dilupakan penduduk.
ia, dengan rambut palsu dan lipstik murah
membawa tubuhnya seperti doa yang retak di musala tua
orang-orang melewatinya sambil menahan napas dan sabda
mengutip kitab demi menolak tubuh yang berbeda rupa
mereka menyebut tuhan seperti pedang
tajam di lidah, tumpul di tangan yang tak pernah menolong
kadang datang mobil-mobil yang tak perlu nama
membuka kaca hanya untuk meludah dan mencela
“jalang!” kata mereka, serupa mantra
sementara ia hanya diam, menggigil dalam warna senja
ia tak lahir dari pilihan, tapi dari luka yang dibesarkan kota
tak ada pelukan, hanya malam dan aspal yang menggoda
langkahnya seperti bayang-bayang patah
menyusuri taman yang memeluk dosa dengan pasrah
namun tiap malam, ia tetap berdiri
di antara bangku, sampah, dan puisi yang iri
mungkin bukan surga yang ia cari
tapi sebait penerimaan di balik nyeri
Semarang, 2025.
GUNOTO SAPARIE. Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pernah studi di Yogyakarta dan sempat bergabung dengan Persada Studi Klub (PSK) pimpinan Umbu Landu Paranggi. Selain menulis puisi, ia juga menulis esai/kritik sastra, cerita pendek, dan novel. Pendidikan Akademi Uang dan Bank, Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi, Semarang. Pernah menjadi wartawan berbagai media massa. Pernah menjadi dosen, guru, dan penyuluh agama madya. Buku-bukunya antara lain Melancholia (puisi, 1979), Solitaire (puisi, 1981), Islam dalam Kesusastraan Indonesia Modern (esai, 1986), Malam Pertama (puisi, 1996), Ki Ageng Pandanaran (cerita anak, 2003), Penyair Kamar (puisi, 2018), Mendung, Kabut, dan Lain-Lain (puisi, 2019), Bau (novel, 2020), Lirik (puisi, 2021), Kiri Islam dan Lain-Lain (esai, 2024). Kini aktif dalam sejumlah organisasi antara lain sebagai Ketua Umum Satupena Jawa Tengah dan Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah.