November 14, 2025

SUARA AKAR RUMPUT

Ketum KASBI Kritik Penyandingan Marsinah dan Soeharto dalam Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional

1 min read

Ketum KASBI Kritik Penyandingan Marsinah dan Soeharto dalam Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional

Jakarta, suarapinggiran.com, (10/11/2025) –

Konfederasi KASBI menyampaikan apresiasi atas keputusan pemerintah menetapkan aktivis buruh Marsinah sebagai Pahlawan Nasional. Ketua Umum Konfederasi KASBI, Sunarno, menilai pengakuan negara terhadap Marsinah merupakan kewajiban moral dan historis atas keberanian seorang buruh perempuan yang memperjuangkan hak-haknya hingga harus mengorbankan nyawa.

Sunarno menegaskan bahwa Marsinah adalah simbol perjuangan buruh Indonesia. Ia diculik, disiksa, dan dibunuh pada 1993 setelah dianggap memprovokasi aksi mogok kerja buruh pabrik arloji di Sidoarjo. Hingga kini, kasus pembunuhan Marsinah tetap menyisakan banyak misteri karena pengusutannya tidak pernah tuntas dan terang.

Namun, KASBI menyayangkan keputusan pemerintah yang menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Marsinah bersamaan dengan mantan Presiden Soeharto. Menurut Sunarno, penyandingan ini melukai ingatan kolektif gerakan rakyat dan bertentangan dengan semangat Reformasi 1998.

Ia menyebut Soeharto sebagai pemimpin Orde Baru yang selama 32 tahun berkuasa dengan praktik represif dan sarat korupsi, kolusi, dan nepotisme. “Penganugerahan gelar pahlawan kepada Soeharto merupakan pelecehan terhadap sejarah dan nalar kritis kaum buruh serta elemen gerakan rakyat,” ujarnya.

Sunarno menegaskan bahwa perjuangan kaum buruh menjadikan Marsinah sebagai Pahlawan Nasional tidak pernah dimaksudkan sebagai kompromi dengan kekejaman rezim Orde Baru. Dalam pandangan KASBI, Marsinah sudah sejak lama menjadi pahlawan di hati buruh Indonesia, namun tidak layak disandingkan dengan figur yang justru ditumbangkan rakyat dalam gerakan Reformasi.

“Kami kembali mengingatkan bahwa Reformasi 98 adalah bentuk protes rakyat terhadap rezim diktator Orde Baru. Penetapan gelar pahlawan harus menghormati sejarah, bukan mengaburkannya,” tegas Sunarno.(*)

Laporan : Redaksi


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *