Doa dan Asap di Puncak Salak
1 min read
Doa dan Asap di Puncak Salak
Ranpil
Khairani Piliang
di antara lelah meniti malam
kami mendaki mimpi di punggung raksasa tua
langkah-langkah seperti mantra
menggetarkan akar dan batu yang diam menyimpan cerita
kabut turun perlahan
seperti jubah roh penunggu hutan
menyentuh dahi dengan jemari dingin
tak tahu dari mana asalnya datang
tenda berdiri di altar rerumputan basah
di bawah pohon tak mau menyebutkan namanya
angin berbisik dalam bahasa purba
tak bisa dipahami
hanya bisa dirasakan
api unggun menyala seperti mata leluhur
menyaksikan kami menanak waktu
mengaduk malam sendok hening
gelas-gelas penuh bayangan
ada suara tak berasal dari kami
tapi tak juga jauh
langkah-langkah halus menyisir gelap
di mana cahaya tak berani tinggal terlalu lama
gunung salak
cermin kusam dari dunia lain
di mana janji dan pantangan
terukir di lumut dan kabut
bukan batu
saat terlelap
mimpi hanyut dalam sungai
tak pernah ada di peta
dibawa entah ke mana
suara terdengar semakin samar
dari jiwajiwa kehilangan raga
Jakarta, 060625