Forum CSR Konawe Jadi Harapan Baru Petani, Asosiasi Desa Tongauna Utara Nyatakan Dukungan Musrenbang CSR
2 min read
Forum CSR Konawe Jadi Harapan Baru Petani, Asosiasi Desa Tongauna Utara Nyatakan Dukungan Musrenbang CSR
Konawe — 07 Desember 2025. Dukungan terhadap inisiatif Musrenbang CSR yang digagas Forum CSR Kabupaten Konawe terus menguat. Kali ini, Asosiasi Kepala Desa se-Kecamatan Tongauna Utara menyampaikan apresiasi dan menilai mekanisme tersebut sebagai langkah strategis untuk menjawab minimnya serapan usulan desa pada Musrembang reguler.
Ketua Asosiasi Desa Tongauna Utara yang juga Kepala Desa Puundombi, Safrudin, menilai bahwa Musrenbang Kabupaten selama ini kurang memprioritaskan kebutuhan riil di lapangan. “Usulan desa yang disetujui hanya sekitar 10 persen. Ini membuat pembangunan di desa berjalan sangat lambat,” tegasnya.
Menurut Safrudin, Musrenbang CSR dapat menjadi jalur alternatif ketika APBD tidak mampu mengakomodasi kebutuhan sejumlah program penting masyarakat. “Kami melihat inisiatif Forum CSR Konawe sebagai peluang untuk mendorong pembangunan desa yang selama ini terhambat anggaran,” katanya.
Sementara itu, Ketua Forum CSR Konawe, Jumran, S.IP, menyatakan bahwa CSR memiliki fungsi strategis dalam memperkuat pembangunan desa. “CSR tidak menggantikan peran pemerintah, tapi menjadi katalis untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang mendesak namun belum terbiayai oleh APBD,” ujarnya.
Potensi Besar Pertanian, Namun Petani Masih Terjepit
Kecamatan Tongauna Utara memiliki sekitar 5.500 hektare lahan persawahan, termasuk 800 hektare di Desa Puundombi. Sayangnya, potensi tersebut belum mampu mengangkat kesejahteraan petani karena fasilitas pascapanen yang dinilai tidak memadai.
Tengkulak masih menjadi pihak yang paling dominan membeli gabah dengan harga rendah, berkisar Rp 5.200–5.700/kg. Minimnya gudang Bulog di wilayah tersebut membuat petani harus menanggung risiko sendiri.
Petani kini harus:
- menanggung biaya angkut ke titik jual,
- menghadapi potensi penyusutan jika gabah tidak segera dibeli Pihak Bulog,
- tidak memiliki posisi tawar karena tidak ada tempat penyimpanan.
Asosiasi Desa meminta pemerintah dan pihak terkait untuk membangun dryer dan gudang penyangga agar harga gabah bisa lebih stabil dan menguntungkan. Pendanaan memalui CSR menurut mereka dapat menjadi alternatif mewujudkan hal tersebut.
BUMDes dan Koperasi Perlu Satu Arah
Para kepala desa juga menyoroti disharmonisasi peran antara BUMDes dan Koperasi Merah Putih. Mereka menilai sinergi antara kedua lembaga tersebut sangat penting untuk memperkuat ekonomi desa.
Koperasi Merah Putih didorong untuk melakukan langkah nyata seperti pembangunan gudang, penyediaan dryer, hingga armada pengangkut gabah, agar petani tidak terus berada pada posisi lemah.
Mereka juga meminta arah kebijakan alsintan lebih jelas, mekanisme pengawasannya resmi dan tegas, termasuk mengurangi ketergantungan distribusi kebijakan dari pemerintah pusat.
Desa Ambopi: Musrenbang CSR adalah Peluang Nyata
Kepala Desa Ambopi, Jasmadi, mengungkapkan bahwa persoalan harga gabah dan minimnya fasilitas pascapanen dirasakan hampir semua desa di Tongauna Utara.
“Desa butuh langkah nyata. Musrenbang CSR memberi peluang bagi kami memperjuangkan kebutuhan petani secara lebih konkret. Jangan sampai desa hanya sekadar mengusulkan tanpa ada realisasi,” ujarnya.
Laporan: Redaksi

