Juli 1, 2025

SUARA AKAR RUMPUT

Ambil Ini Puisi

2 min read

Ambil Ini Puisi
Pipiet Senja

Ambil ini puisi
yang kupintal dinihari
Dentang peronda dua kali
Pucuk rindu ditelan senyap
Dibuai mimpi yang lelap

Ambil ini puisi
yang menyemak di dada
Bersama geram dalam diam
Kuseret dengan sengaja
Berserak di bibir senja

Wahai, geramku dalam diam
Dari semesta dukalara
Engkau seret ke gorong-gorong
Dikejar anjing menggonggong
Kibasan kemeja putih
Menyebar petaka
di cakrawala
Pertiwi pun merintih

Ambil ini puisi
luka yang terdedah
dari semesta airmata
Anak-anak menahan dahaga
Ibu pulang hampa
Bapak entah ke mana
Tiada kabar dari mancanegara

Oh, wahai geramku dalam diam
Suara rakyat dibungkam
Hukum dipermainkan
Keadilan diperjualbelikan
Ulama dipenjarakan
Aktivis dikerangkeng
Emak-emak pun diburu
Hanya karena lantang
Menyuarakan kecurangan

Ambil ini puisi
geramku dalam diam
Kuteriakkan amarah jelata
Wahai, kami yang terpuruk oleh nista
Kalian para koruptor
Kalian para bedebah
Kalian para penghisap darah
Terkutuklah!

Oh, wahai engkau yang merajalela
Merampok segala yang ada
Ambil ini puisi
geramku dalam diam
Usah kau utang pula
Sebab niscaya takkan terbayar
Kuberi gratis bersama darah yang mendidih
Api neraka menantimu

Yakinlah, Tuhan takkan biarkan
Kezaliman senantiasa menang
Wahai, Indonesiaku nan kucintai
Hingga detak jantung berhenti
Bangkitlah dan lawan rezim zalim!
Allahu Akbar
Merdeka!

Jakarta, 6 Maret 2023
Puisi untuk para sahabatku yang dizalimi rezim.
Dipenjarakan dengan tuduhan subversiflah, apalah.

Gus Nur sahabatku dipenjara dan baru bebas kemarin.

Bionarasi :
Pipiet Senja, nama pena, kelahiran Sumedang 16 Mei 1956. Menulis sejak 1975 dalam bahasa Sunda dan Indonesia. Digelari Teroris Tukang Teror Menulis oleh anak-anak TKI Hongkong, saat sering wara-wiri ke Negeri Beton sebagai Mentor Literasi, relawan Dompet Dhuafa.

Meskipun ia disibukkan dengan urusan transfusi 2 pekan sekali sebagai penyintas Thallasemia. Ia tetap berkarya dan telah membukukan karyanya 206, berbagai genre; perempuan, anak-anak, dan Lansia.

Belum lama ini putri sulung pasangan Hj.Siti Hadijah – Mayor CHB SM. Arief, pejuang ’45 ini, mendapat Penghargaan 50 Tahun Berkarya dari Balai Bahasa. Pasca operasi lumbal ke-2, sedang garap novel ke 206. Mohon doakan ya agar segera rampung, kata ibu 2 anak dan nenek 5 cucu ini. “Menulislah yang baik-baik saja. Jangan yang vulgar dan menyesatkan.”
Email: pipiet.senjaa@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *