Juli 1, 2025

SUARA AKAR RUMPUT

BELATUNG

1 min read

BELATUNG

Puisi Anto Narasoma

— apa yang tak ada
dari ketiadaan itu?

sejak gema kemerdekaan itu membombardir dunia
dari udara, kekayaan
tanah ini pun diam-diam berbelok arah
ke kantong-kantong
para koruptor

dari tambang minyak,
pipa panjang yang memberi nyawa pada tanah, diam-diam melebur ke dalam darah pengusaha dan oknum pemerintah yang cekikikan dalam catatan hitam

seperti pecahan telur lalat, belatung-belatung itu secara sembunyi menguliti tambang minyak, batu bara, emas, bauksit, hingga bau busuknya menebar
ke jagad lepas

maka,
kepapaan itu
sengaja dipelihara
di kandang hewan
agar orang-orang
di lorong kemiskinan
tak mampu membuka mata dari birokrasi politik yang keji

o, kemana hak-hak pemilik negeri ini
yang berkubang ke bau busuk barang-barang bekas dan kelaparan
di atas perahu kajang nelayan?

Palembang

19 Januari 2025

Bionarasi :
Bagiku, dunia sastra sudah menjadi perpaduan antara napas, detak jantung dan aliran darah.

Karena itu sejak usia sekolah dasar, saya sudah menulis puisi dan cerita pendek, meski standar teknis dan alur ungkapan tulisannya masih sesuai dengan pikiran anak-anak. Tapi semangat untuk menjadi sastrawan terus kukebut hingga ke perguruan tinggi.

Banyak penghargaan sastra yang saya peroleh, hingga terakhir puisiku bertajuk Sultan Machmud Badaruddin II mendapat penghargaan dari Komumitas Sastra Internasional Spanyol.

Tapi dalam pertanyaan di hatiku, apakah itu tujuan kita menjadi penyair atau sastrawan? Ternyata bukan. Penulis paling hebat ternyata adalah mereka yang selalu berkarya untuk membangun struktur dunia sastra di lingkungan adik-adik kita, agar mereka dapat meneruskan cita-cita kita dalam membesarkan sastra Indonesia. Kuncinya, berbagi ilmu antarsesama.

Anto Narasoma

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *