JAKARTA, DALAM PELUKAN PAGI
2 min read
JAKARTA, DALAM PELUKAN PAGI
Nia Samsihono
Jakarta disinari matahari yang terbit dari keringat dan doa
Menggeliat di antara gedung-gedung
Seperti tangan-tangan raksasa
yang memeluk langit dengan ambisi
Ia adalah jalanan yang tak pernah tidur
Seutas nadi dari aspal berdetak membawa mimpi dari kampung ke kota
Langitnya kadang kelabu
seperti hati yang penuh rindu
Pada pepohonan dan suara burung
Yang dulu pernah bersarang di jantung kota
Jakarta, dalam hiruk-pikuknya menyimpan senyum Di balik jendela angkutan kota Dan tawa bocah yang bermain Di lorong-lorong sempit harapan
Ia bukan sekadar kota Tapi pelukan—bagi yang tersesat Bagi yang ingin mencoba lagi meski peluh jadi harga Dan macet jadi mantra harian
Jakarta, kau tak sempurna
Dalam setiap retakmu ada cerita
Yang menunggu ditulis pujangga
Dengan tinta cinta kesabaran
di lembar waktu yang fana
Jakarta, 23 April 2025
082122337260
Biodata:
Nia Samsihono, nama aslinya Dad Murniah lahir di Pontianak 16 September. Dari SMA I Purbalingga, Jawa Tengah. Ia kuliah di Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah dan melanjutkan S-2 di Universitas Indonesia, Jakarta. Lalu bekerja di Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa sebagai pekamus (penyusun kamus, sebagai penyuluh bahasa dan sastra, sebagai saksi ahli bahasa, dan penulis cerita anak Kemendikbud. Buku puisi tunggalnya, antara lain Kemarau (2003), Perkawinan Cinta (2009), Gending (2010), De Javu(2010), Nyanyian Alam (2020), dan Kinanti (2021). Karya puisi, esai, cerpen juga tersebar di berbagai media cetak dan media online. Antologi puisi dan cerpen bersama juga ia ikuti. Ia bersama teman-teman perempuan tergabung di Komunitas Perempuan Bahari. Sebagai Ketua Umum Satupena DKI Jakarta. Dapat di cek di Wikipedia atas nama Nia Samsihono. Atau di google atas nama Dad Murniah.