“Undang Undang Popor Senapan”
2 min read
Ari Speed seorang Korlap demo mahasiswa. Teman temannya seanggatan di organisasi yang menambah Speed di belakang namanya. Ia dikenal karena kecepatannya bergerak dan mengambil keputusan dalam hal hal genting.
Pada saat Demonstrasi ke gedung wakil rakyat kemarin ia lenyap dari kelompok ribuan mahasiswa dan elemen masyarakat yang berdemonstrasi saat itu.
Hingga malam hari setelah waktu demo selesai ia pun tak kembali pada kelompoknya. Teman teman saling menatap gusar karna hilangnya korlap yang mengomandoi mereka.
Seluruh demonstran mencari informasi keberadaannya. Namun tak seorangpun yang dapat memberikan informasi keberadaannya.
Tiba tiba seorang pedagang osongan yang berada di arena demo berbisik pada seorang wanita dengan jaket berwarna kuning sebagai identitas kelompoknya. Wanita itu dari universitas ternama di negeri ini rupanya.
“Neng, tadi ada yang dipukuli aparat lali laki berbaju hitam. Ia dipukuli beberapa polisi tapi pemuda itu tetap bertahan tak mau menyerah. Ia berusaha melepaskan diri ketika apart menggotongnya beramai ramai ke dalam truk abu-abu itu. Ia meloncat naik keatas atap truk, lau seorang polisi mengejarnya ke atas mereka duel satu lawan satu. Asik juga melihatnya. Ketika mereka berduel
Beberapa polisi juga membantu temannya mereka naik ke atas truk mengeroyok pemuda itu. Lalu mereka masukkan lagi ke dalam truk dengan tangan di borgol Pemuda iu tak dapat berbuat apa apa mukanya lebam bibir dan pelipis matanya berdarah dibawa dengan truk, tapi saya ta mau dibawa kemana”. Kata pedagang asongan setengah berbisik pada perempuan mendemo itu.
“ O ya Pak. Terima kasih informasinya ya. Wanita yang dipanggil iu berterima kasih pada bapak osongan.
“Tapi jangan bilang saya yang ngasih tau ke Neng ya. Saya takut terbawa bawa.” Pedagang itu memohon.
“ Ya pak saya paham.“
Media seluruh yang ada memberitakan perkelahian dan hilangnya seorang pendemo kemarin. Masyarakat heboh didunia maya. FB, Instagram, Tiktok juga menghiasi dunia digital saat ini.
Di Ruangan tanpa cahaya Ari Speed tergeletak tak bisa berdiri sama sekali. Selain mukanya yang penuh darah kakinya juga patah rupanya.
Dalam kesendirian dalam ruangan tanpa cahaya, Ari Speed hanya mampu berteriak saja.
“Bapak mungkin pikir aku takut. Mungkin pikir aku bakal menyerah, bakal teriak “saya salah, saya bayar.” Tapi sayangnya, Pak… aku tidak dijual. Aku tidak bisa dibeli.
Pukul aku sepuasnya! Hancurkan tubuhku! Tapi dengarkan ini: aku bukan satu-satunya. Kami tidak sendiri. Di luar sana, suara lain sedang bangkit. Dan kalian? Kalian hanya bisa memukul dalam gelap, karena kalian tahu… kalian takut cahaya.”
Sudah satu minggu peristiwa itu terjadi. Masyarakat telah melupakannya. UUD revisi itu sudah ketuk palu di parlemen. Namun perjuangan belum selesai. Kebodohan dan kesewenang wenangan jabatan tidak akan dibiarkan oleh para demonstran.(*)
27 Ramadhan 1447.
Karya : Ilhamdi Sulaiman.
Tentang Penulis :
Ilhamdi Sulaiman yang akrab disapa Boyke Sulaiman adalah seorang aktor, sutradara teater, dan deklamator yang telah aktif dalam dunia seni sejak 1978. Ia percaya bahwa tulisan adalah ruang refleksi yang jujur, baik sebagai penulis atau manusia biasa.(*)