Juni 22, 2025

SUARA AKAR RUMPUT

IBRAHIM DAN SURAT KEPADA BULAN

2 min read

IBRAHIM DAN SURAT KEPADA BULAN
Romy Sastra

malam ini ibrahim menulis surat
dengan jari ke udara, suasana gelap
sedangkan langit menganga
menyambut luka para syuhada
ibrahim mengirim surat itu
lewat asap dan desir pasir menguar

kalimat yang selalu ia dawamkan di ujung lidah
tak pernah lupa dibaca “subhanallah”
meski napasnya tersisa di tapal batas waktu
ia pun fakir meminum zikir allah, allah, allah
berharap bulan menampakkan rupa
sebab wajah bulan sebuah rahasia
ironis harapan belum sempat tumbuh
tubuhnya telah dulu kaku disirami mesiu

ibrahim di sisa napas
yang akan berpulang ke surga berseru:

“aku tak tahu mengapa semua ini terjadi?”
katanya pada malam.
malam tak pernah menjawab, hanya diam

“aku lelaki yang beranjak remaja,
ingin mendengarkan lagi sejarah ibu
tentang tanah kanaan yang harus
dipertahankan, dan ayah
menepuk punggungku sebelum tidur.”

tapi malam lebih senang mendengarkan dentuman
daripada mendengarkan dongeng
ribuan bocah-bocah yatim piatu
bulan tetap sembunyi suasana bisu
mungkinkah bulan malu pada tangis pilu
mereka kerap mengiba tanpa air mata
menggetarkan angkasa
dan tak pernah masuk berita
ia terkubur pada puing-puing reruntuhan
rerumputan pun tak tampak lagi menari

ibrahim remaja syuhada bersama
para jihadah jihadis lainnya
sedang memungut biji zaitun
bercampur debu di ambang kematian
tercecer dari ranting yang malang

ibrahim telah lama menanak air mata
dari masa kanak-kanak lalu bertanya:
“seperti apa wujud kebahagiaan itu
untuk kemerdekaan palestina?”
ia tak sempat tua
hidupnya dilerai abu dan mesiu
ibrahim membangun istana di kepal tangan
menyanggah kepalanya

ibrahim remaja berkalung ketapel di dada
teringat sejarah daud merobohkan jalut
tak pernah lagi ia dengar sejarah itu
sebab ibunya sudah duluan terkubur reruntuhan

di antara reruntuhan yang gemuruh
ibrahim percaya cahaya bulan akan tiba
menemani nisannya nanti 
pada tanah yang tak diberikan indahnya pagi
dari penjajah berhati batu
surat ibrahim akhirnya terselip di kain mori
ia tersenyum pada misteri menjemputnya pergi

Jakarta,  4 Juni 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *