Juli 1, 2025

SUARA AKAR RUMPUT

D R A M A

2 min read

D R A M A
Nunung Noor El Niel

setiap kali mengingat peristiwa
rutinitas dalam hidup ini, bukan
hanya piring atau gelas kotor
berserakan dan bau amis

untuk apa menjadi munafik dan pengecut
memaparkan kisah-kisah drama
menutupinya dengan harum
bunga melati

mawar tetaplah mawar, bunga bangkai
tak akan berubah menjadi
bunga anggrek

membaca surat-surat malam
menyeruak bau mesum
bersisa sperma

:tertawalah selagi bisa tertawa:

aku sudah terbiasa menjadi
kerbau atau babi, bermain
di lumpur

JKT 03 04 25

Bionarasi :
Nunung Noor El Niel yang terlahir dengan nama Noor El Niel adalah perempuan
penyair Indonesia yang saat ini 5nggal di Denpasar, Bali. Nunung lahir di Jakarta
dan menghabiskan masa kecilnya di kota Surakarta, Jawa Tengah, kemudian
pindah kemudian ke Bogor hingga tamat SMA. Sebagai penyair, Nunung memiliki
prinsip bahwa menulis puisi bukan hanya menuangkan peris5wa ke dalam kata-
kata, tapi bagaimana menemukan bahasa dan karakter si penyair itu sendiri
dalam kepekaannya terhadap realitas dan peris5wa yang ada di sekitarnya. Tapi
bagaimana memberikan ilustrasi dengan mengeksplor kata-kata hingga
menghasilkan metafor tapi bisa dipahami oleh pembacanya.
Nunung adalah salah seorang pendiri komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM) dan
saat ini ak5f sebagai pengurus komunitas, serta juga ak5f di komunitas Ja5jagat
Kampung Puisi (JKP) di Denpasar, Bali, dan profilnya terdapat pada Buku Apa dan
Siapa Sastrawan Indonesia yang diterbirkan oleh Yayasan Hari Puisi Indonesia,
2018.
Karya puisinya sudah diterbitkan dalam enam buku kumpulan puisi tunggal,
yaitu Solitude (2012), Perempuan Gerhana (2013), Kisas (2014), Perempaun dan
Tujuh Musim (2016), serta Be5nanya Perempuan (2019), Sumur Umur (2021),
serta Cermin Bayang-Bayang (2024).
Di samping itu puisinya juga dimuat dalam berbagai buku kumpulan puisi
bersama penyair lainnya, antara lain Memo An5 Kekerasan Terhadap Anak
(2016), Memo An5 Terorisme (2016), Puisi Menolak Korupsi (2016), Puisi Penyair
Kopi Dunia (2016), Menginyah Geram: Puputan Melawan Korupsi (2017), The
First Drop of Rain: Antologi Puisi Banjarbaru’s Rainy Day Literary Fes5val 2017
(2017), Buku Sketsa Wajah Ibu: Antologi ASEAN Woman Writers Assosia5on
2017 (2017), Epitaf Kota Hujan: Antologi Puisi Temu Penyair ASEAN di
Padangpanjang (2018), When the Days Were Raining: Antologi Puisi Banjarbaru’s
Rainy Day Literary Fes5val 2019 (2019), Perempuan Bahari (2020), Sebab Cinta
Kami Bicara (2023), Mencari Presiden An5 Korupsi (2023), serta tergabung di
dalam lebih dari 100 buku antologi puisi bersama lainnya. Selain itu, puisi
Nunung juga pernah dimuat di berbagai media, antara lain,Media Indonesia,
Indopost, Jawa Post, Pikiran Rakyat, Analisa Medan, Bali Post, Denpasar Post,
serta Solo Post.
Nunung Noor El Niel juga mengiku5, Musyawarah Na5onal Sastrawan Indonesia
II di Jakarta (2017), Seminar Internasional Sastra Indonesia di Bali (2019) Temu
Penyair Asia Tenggara di Padang Padang, Sumatera Barat, pertama (2018) serta
kedua (2022), serta Fes5val Sastra Internasional Gunung Bintan di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau (2022). Nunung menjadi narasumber pada Seminar
Krea5vitas Perempuan Penyair di Buki`nggi, Sumatera Barat (2022).
Nunung juga ak5f menjadi juri pada fes5val puisi, antara lain Kompe5si In-
Memoriam mengenang Frans Nadjira di Denpasar Bali, September 2024, serta
Fes5val Puisi Dies Natalis Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang,

September 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *