SEPUCUK SURAT RINDU UNTUK IBU
1 min read
SEPUCUK SURAT RINDU UNTUK IBU
(Rissa Churria)
Aku menanak rindu
Dalam dandang kosong
Aroma tanah basah
Menggugah wajahmu
Di sela uap pagi
Bu, piring-piring itu
Masih kusembunyikan di rak kenangan
Di balik suara sendok
Kau larang jatuh
Kini setiap denting
Menjadi nafasmu yang mendahuluiku
Ibu, malam ini
Angin membawa bau rambutmu
Yang suka kau lilit sebelum tidur
Aku menulis surat
Dengan tinta air rebusan bunga kenanga
Seperti kau ajarkan saat aku kecil:
“Rindu harus ditanam, bukan hanya disimpan”
Di halaman belakang
Pohon kamboja tumbuh sendiri
Mungkin dari gigil malam saat kau tinggalkan tubuh
Aku tak berani memetik bunganya
Kata nenek
Setiap kelopaknya
Menyimpan nama anak-anak yang tak sempat mengucap terima kasih
Ibu aku telah menjadi perempuan
Masih mengukur hidup dari caramu
Menyendok nasi
Sepenuh hati, tak berlebih
Hingga kini aku lapar
Bukan karena perut
Tapi tak ada lagi suara “sudah makan?”
Ku baca surat ini di depan cermin
Agar bayangmu bisa mendengar
Meski hanya dari pantulan:
Aku rindu, aku rindu, aku rindu—
Hingga kata itu
Tak lagi punya makna
Selain kau
Bekasi, 25.05.2025
Bionarasi :
Rissa Churria adalah pendidik, penyair, esais, pelukis, aktivis kemanusiaan, pemerhati masalah sosial budaya, pengurus Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), pengelola Rumah Baca Ceria (RBC) di Bekasi, anggota Penyair Perempuan Indonesia (PPI), saat ini tinggal di Bekasi, Jawa Barat, sudah menerbitkan 10 buku kumpulan puisi tunggal, 1 buku antologi kontempelasi, 1 buku Pedoman Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa, 1 buku Esai, serta lebih dari 100 antologi bersama dengan para penyair lainnya, baik Indonesia maupun mancanegara. Rissa Churria adalah anggota tim digital dan siber di bawah pimpinan Riri Satria, di mana tugasnya menganalisis aspek kebudayaan dan kemanusiaan dari dunia digital dan siber.