Budaya Kian Terkikis, Komunitas Adat Tolaki ini Pun Dirintis
2 min readsuarapinggiran.online_ Komunitas masyarakat adat kini menampakkan kebangkitan. Komunitas masyarakat adat Wonua Ndinudu Meluhu salah satunya. Merupakan suatu komunitas orang Tolaki yang berada di wilayah administrasi pemerintahan Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.
Komunitas masyarakat ini masih memegang teguh nilai dan hukum adat orang Tolaki. Selain itu, mereka juga tetap melakukan aktivitas budaya warisan para leluhur.
Nila nilai budaya yang dijunjung tinggi hingga kini itu tersirat dalam slogan filosofis para pendahulu yang berbunyi “ inae kona sara iyee pine sara, inae lia sara iyee pinekasara”, artinya siapa yang hidup menurut ketentauan adat akan dihargai, tetapi siapa yang melanggar adat akan diberi sanksi.
Komunitas Masyarakat Adat Woua Ndinudu Meluhu memilki struktur tersendiri yang dipimpin oleh seorang ketua adat dan disebut dengan Puu’tobu yang tugas sehari harinya dibantu oleh perangkat adat dengan tugas dan fungsi masing masing
Dahulu, Komunitas adat ini memilki rumah adat yang disebut Laika Mbuu’ dan Laika Teporombua yang merupakan satu kesatuan. Namun tekanan pada jaman pendudukan jepang membuat masyarakat setempat meninggalkan kampung mereka dan mengungsi ketempat lain. Akibatnya, rumah adat yang ada menjadi tidak terurus dan megalami kerusakan.
“sekitar tahun 1950-an masyarakat di daerah ini kembali ke kampung yang agak jauh dengan perkampungan semula. Dan pada akhir tahun 1950-an terjadi pula pemberontakan DII/TII dimana daerah ini juga terkena imbasnya. Rumah adat yang sudah mengalami kerusakan tersebut dibakar oleh pemberontak sampai musnah” Ujar Ajemain Suruambo, Ketua Komunitas Masyarakat Adat Wonua Ndinudu Meluhu kepada SUPI belum lama ini.
Upaya untuk membangun rumah adat ini telah dilakukan sejak tahun 2003 lalu, namun baru bisa membuahkan hasil di tahun 2016 lalu dengan disalurkannya bantuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pembinaan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi untuk pembangunan Rumah Adat tersebut.
Selain itu, terdapat pula Komunitas Masyarakat Adat Wonua Ndiniso di Kelurahan Parauna Kecamatan Anggaberi yang mempunyai tujuan yang sama.
Abdul Sahir yang menjadi ketua dalam komuitas itu kepada jurnal ini menjelaskan, bahwa degradasi adat yang ditandai dengan semakin terkikisnya nilai nilai kebudayaan oleh kebudayaan barat adalah titik tolak komunitas adat ini dibentuk.
“budaya kita mulai terkikis, kurang diminati dan dipahami oleh generasi muda, semuanya digerus oleh pemahaman barat, komunitas ini bertujuan untukmembangkitkan kembali kebudayaan dengan melakukan pembinaan dan pelatihan kepada generasi muda” Tukas Abdul Sahir di Sekretariat Komunitas Masyarakat Adat Wonua Ndiniso (15/05)
Meski diakuinya, perjuangan adat ini adalah perjungan yang panjang dan melelahkan, namun baginya telah menjadi keharusan bagi semua pihak untuk melestarikan kearifan leluhur itu sebagai bagian dari nafas dan kehidupan.
Baginya, membangun kehidupan bermasyarakat yang baik tidak bisa terlepas dari tindakan kita untuk menjunjung tinggi nila nilai adat, budaya dan tradisi, dimulai dari kehidupan dalam berumah tangga. (jm)