MENULIS UNTUK BANGSA
2 min read30 April 2006 Pramoedya Ananta Toer meninggal dunia.
Filsuf Prancis Jean-Paul Sartre mengirim mesin tik ke Pulau Buru untuk Pram. Yang diterima Pram dari penjaga justru mesin tik bobrok
Lewat karya Pram banyak orang tergugah dan matanya terbuka menyadari realitas sosial. Namun, melalui sastra saja, tidaklah cukup untuk mengubah kondisi ketimpangan sosial hari ini.
Lenin yang masa mudanya dipengaruhi oleh bacaan sastra perlawanan bergerak lebih jauh untuk mempelajari teori. Ia membangun organisasi, menulis buku seputar teori Marxis, ekonomi bahkan filsafat dan terjun ke gerakan massa. Tanpa bangunan teori, dan tanpa organisasi, tidak mungkin Lenin dan kaum Bolshevik lainnya dapat memimpin massa rakyat di Rusia untuk meruntuhkan rejim.
Maka dari itu, bagi generasi muda yang saat ini sedang kebingungan mencari-cari gagasan, karya Pram bisa menjadi jembatan awal. Namun ini harus dilanjutkan dengan belajar teori perlawanan. Jangan menolak mempelajari teori, karena tidak ada sejarahnya gerakan rakyat dapat berhasil tanpa berteori. Sungguh benar memang, ketidaktahuan tidak pernah menolong siapapun!
Pramoedya Ananta Toer seorang pengarang yang hebat dan pernah ada di bangsa ini. setengah hidupnya dihabiskan di penjara karena ia bekerja untuk cita-cita bangsanya sebagai seorang penulis. karena konsekuensi dari pekerjaan mulia itu.
Pram, dalam pembuangan dan ketidaknyaman hidupnya, ia masih tetap menulis. terus mencatat apa yang terjadi di dalam kenyataan terhadap bangsanya. mencatat segala ketidakadilan, dan melawan akar yang mengakibatkan kebiadaban itu terjadi. melawan dengan tulisan..!
Tetralogi Buruh, karyanya, saya pikir sudah begitu cukup membongkar siapa musuh bangsa kita. memperlihatkan akar masalah dari kehancuran di bangsa kita. tidak lain, ialah rasisme, kolonialisme, militerisme, feodalisme, dan kapitalisme, juga kekejian manusia-manusia iblis yang bernama imperialisme. itu musuh kita.! musuh bangsa kita.
Pram, ia sudah mengajari kita, segera menulis kenyataan yang hidup itu untuk bangsa kita. bekerja untuk bangsa kita. menulis dengan gaya apa pun. menulis puisi, sajak, prosa, opini, cerpen, atau mengarang apapun itu, untuk melawan segala yang mengurangi haraga diri manusia, dan untuk bangsa kita.! sebagaimana ia mengatakan bahwa “menulis adalah pekerja keabadian. aku kiri, kiri itu artinya berpihak pada Rakyat jelata, berpihak pada kemanusiaan, pada kemerdekaan dari pada keterjajahan.(*)
Oleh : Herry Tany
Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (JAKER)