Juni 22, 2025

SUARA AKAR RUMPUT

PUPUSNYA NAWASENA

6 min read

Cerpen

PUPUSNYA NAWASENA
Widya.S

EMBED
Rumah minimalis bercat abu-abu terlihat sunyi dan senyap tanpa lagi terdengar canda tawa penghuninya. Berbeda dengan dulu yang selalu ceria.

Risya adalah seorang ibu dan istri yang anggun dan Ahmad seorang lelaki berbadan atletis walau sedikit membuncit perutnya karena tidak muda lagi.

Ahmad seorang Perwira Menengah dan juga dikenal sebagai seorang ‘Ustad’ karena sering memberikan ceramah tentang keagamaan.

Saat Ahmad mengenal seorang wanita yang sudah bercucu dua dan telah berusia 65 tahun untuk menjalin usaha kedai kopi, namun dengan syarat menikahinya lalu menceraikan istrinya. Maka dengan teganya Ahmad mengulangi kata talaq yang ditulis dan diucapkan via WhatsApp kepada Risya istrinya, hingga menghancurkan pernikahan yang telah dibina selama 23 tahun.

EMBED
Awalnya tidak ada yang diinginkan dalam dirinya untuk memiliki seorang pendamping berseragam, walau Risya pernah berpacaran dengan seorang polisi yang bernama Prasetyo, namun mereka belum berjodoh karena tidak dapat restu dari keluarga Prasetyo. Maka saat berkenalan dengan Ahmad, Risya tidak menutup hatinya dan dari perkenalan yang cukup singkat tersebut akhirnya menyatukan Risya dan Ahmad untuk membangun mahligai rumah tangga.

Dua Puluh Tiga Tahun Kemudian
Pagi yang cerah dengan matahari yang tersenyum indah.
Risya yang telah bangun sejak pukul 04.00 wib pagi langsung ke dapur menyiapkan sarapan dan minuman hangat sebagai pekerjaan rutin untuk dibawa Ahmad ke kantor serta anaknya ke sekolah. Setelah selesai rutinitas pagi Risya bergegas untuk segera mandi, agar dapat bergantian mandi pagi….. maklum rumah asrama.

“Adek ayo bangun,” Risya membangunkan anaknya Anindya
Anindya hanya menjawab sepenggal “Heem, iya ma,” Risya tersenyum dan menghampiri tempat tidur Anindya yang sedang meregangkan tubuhnya, lalu di cium kening anak semata wayangnya yang sudah terlihat remaja dan cantik. 

Ahmad melongokkan kepala ke kamar anaknya, lalu terdengar celotehnya “iya tu mah, Anin malas. Nanti nggak papa antar sekolah lo, kita berdua aja ya ma,” sambil Ahmad tersenyum ke anaknya, lalu melirik ke Risya.
Risya mendelik ke arah Ahmad.
Dengan cemberut Anin turun dari tempat tidurnya perlahan menuju dapur, lalu mandi. Risya menghampiri Ahmad, menggandeng tangannya lalu mencium pipi suaminya. Ahmad membalas ciuman Risya dengan mencium bibirnya mesra.

Setelah semua siap sekitar pukul 05.30 wib mereka berangkat bersama dan lagu K-Pop kesayangan Anin mengiringi perjalanan mereka bertiga hingga ketujuan masing-masing.

Waktu menunjukkan pukul 11.00 siang, telpon genggam Risya terdengar beberapa kali berdering dan Risya mengangkat telpon dari Ahmad “Siang ma, lagi apa?.”
“Lagi nunggu tamu, gimana yang udah maem lom?,” Risya balik bertanya
“Iya nanti aja, Ini pa mo bilang sama mama mungkin nanti gak jemput mama karena ada tamu dari pusat yang mau buka cafe dan papah disuruh bantu untuk selamatan yang dilaksanakan lusa. Gak apa kan mama pulang sendiri?.”
Risya menjawab pendek, “Iya hati-hati ya pa.”
“Makasih ma,” Ahmad menjawab lalu mematikan telponnya.

EMBED
Gelap membelah malam dan terasa dingin hingga ke tulang.
Risya menuju ruang tamu, sesekali dibuka gorden berharap Ahmad akan datang dengan senyum rindunya. Waktu telah menunjukkan pukul 24.10 wib, namun Ahmad belum pulang. Ditelponnya beberapa kali Hp Ahmad, tapi tidak ada respon sama sekali, hati Risya mulai gundah menunggu Ahmad yang belum juga pulang. Risya berjalan ke ruang makan dan menuangkan air putih bening dari kulkas, lalu kembali lagi ke ruang tamu dan duduk pada sofa berwarna coklat yang ada di pojok ruangan.

Sekitar pukul 02.00 wib terdengar suara mobil berhenti di depan pagar rumah, Risya terbangun dari tidurnya. lalu berjalan menuju pintu depan. Dilihatnya Ahmad keluar dari mobil membuka pintu garasi, lalu memasukkan mobilnya dan Ahmad menuju Risya berdiri.
“Kok malam sekali pulangnya pa?” Risya.
“Iya tadi dampingi tamunya,” jawab Ahmad lalu masuk ke dalam rumah.
Risya mengikuti langkah Ahmad tanpa bertanya apapun karena kantuk sudah menderanya dan Risya menuju kamar untuk tidur.

Samar-samar ditidurnya Risya mendengar suara Hp berdering lalu terdengar Ahmad bicara di telpon sambil sesekali terdengan kata ‘sayang’. Suara mesra Ahmad lenyap karena kantuk mendera Risya.

Alarm berbunyi menandakan pukul 04.00 wib pagi, dengan perlahan Risya turun dari tempat tidur. Lalu Risya membangunkan Anin dengan mencium keningnya, kemudian Risya mendekati suaminya yang sedang tidur di sofa depan, namun Ahmad terlihat tidak senang.
Risya terdiam memandang kosong ke arah Ahmad dengan lembut di cium pipi Ahmad dan dibisikan perlahan di telinga suaminya “Pa bangun yuk..”
Ahmad menatap ke arah Risya seakan bingung melihat Risya.

Risya menyapa pelan “Kenapa sayang, papa mimpi ya?.”
Ahmad beranjak menuju ke arah dapur, sambil mematikan Hp nya
Risya menghela nafas perlahan.

Ahmad sering pulang malam dan mulai terlihat gelagat yang kurang baik, karena Ahmad sering uring-uringan tidak jelas. Bahkan beberapa kali Ahmad mengatakan sudah jenuh, dan suatu saat akan meninggalkannya.

Pertengakaran sering terjadi tanpa permasalahan yang jelas.
Dua minggu telah berlalu.
Sudah dua malam Ahmad tidak pulang ke rumah. Risya selalu menghubungi Hp suaminya, namun tidak menjawab. Di hari ke tiga Ahmad menelpon Risya dengan mengatakan “Saya tidak bisa lagi hidup dengan kamu, maka saya talaq kamu.” Lalu senyap.
Risya terdiam, tidak dapat berkata apa karena tidak percaya dengan apa yang di ucapkan suaminya.

Ternyata tidak hanya kata-kata yang diucapkan, tetapi juga berupa chat lewat WhatsApp dengan kalimat ‘Bismillahhirrahmanirrahim, aku Talaq cerai Risya Prawesti’ dan chat itu dikirimkan hingga beberapa kali. Risya tidak percaya dengan apa yang terjadi didirinya. Risya menelpon beberapa kali dan mencoba dengan mengirim chat ke Ahmad, namun nomor telpon Risya telah diblokir.
Akhirnya Risya menemui teman suaminya di kantor. Bahkan mereka mengatakan Ahmad sudah seminggu jika datang jam 14.00 wib.

Atasan Ahmad meminta Risya untuk datang ke kantor. Risya dan Ahmad dipertemukan, Ahmad meminta agar atasannya dapat membantu proses perceraiannya dipercepat. Risya menangis tidak menyangka akan terjadi hal demikian, hingga Ahmad tega ingin bercerai tanpa ada komunikasi.

“Kenapa papa tega melakukan ini semua sama mama pa, kenapa pah?. Mama sayang papa, papa masih sayang mama kan pa?.” Risya bertanya
Ahmad melihat ke wajah Risya, terlihat titik air mata menggenang dimatanya.
Risya memeluk Ahmad dengan menggoyangkan badan Ahmad beberapa kali “kenapa papa setega ini?.” Risya menangis sesenggukan menahan sakit didada.
Risya memegang jemari Ahmad dan dirasakan ada cincin melingkar di jari manisnya.

Untuk meyakinkan firasatnya, Risya mengangkat tangan kanan Ahmad dan jelas telah melingkar cincin emas seperti cincin nikah. Risya meminta agar Ahmad melepas cincin tersebut di hadapan atasannya dan Ahmad menuruti permintaan Risya. Terlihat jelas terukir nama ‘kasinah’ di cincin tersebut. Risya terdiam, di ruangan tersebut senyap dan Risya tak ingat apa yang telah terjadi.

Risya Resah menanti Ahmad yang tidak lagi menghubungi dan menerima telpon dari Risya. Kabar tentang Ahmad tidak lagi berkumandang ditelinganya, Risya sudah enggan mencarinya di kantor. Karena dipersalahkan sebagai seorang istri yang tidak pandai berdandan, memang itu bukan gaya Risya. Risya terlalu polos dan selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Risya hanya menanti dan tetap menanti Ahmad sang suami hingga dapat mengingat kembali keluarga yang mencintainya sepenuh hati tanpa dusta.

Dalam kelemahan raganya Risya bertekad untuk kuat hati dan batinnya dalam menghadapi masalah keluarga yang diyakininya bila Risya mencintai Ahmad setulus hati, maka Ahmad akan mencintainya juga.
Tapi itu semua hanyalah satu harapan yang tak mungkin terjadi, karena Ahmad sekarang adalah Ahmad yang telah melupakan Risya dan Anindya anaknya. Semua kenangan pahit yang dialami Risya adalah cobaan yang harus bisa dijalaninya untuk tetap tegar.

Senyum manis Risya yang dulu getir, telah berubah menjadi senyum terindah.
Risya akan lebih tegar menghadapi segala cobaan yang akan menghadangnya, karena Risya harus tetap mendampingi Anindya hingga menutup mata dalam suka dan duka.

Tamat

Bionarasi

Widya.S, lahir di Jakarta dan sekarang menetap di Kota Depok. Pendidikan S1 dan S2 di Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana. Saat ini bekerja sebagai PNS dan pernah sebagai wartawan pada beberapa media antara lain di Majalah Selebriti, Power & Gosip, F1, Bahagia.Com, A3, Kontributor di beberapa Media, terakhir di Majalah Lisa dan menulis cerpen di beberapa media serta Antologi Puisi.

More Stories

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *