Juni 22, 2025

SUARA AKAR RUMPUT

REVOLUSI DI TUBUH PARA PEREMPUAN

3 min read

REVOLUSI DI TUBUH PARA PEREMPUAN
: untuk semua Kartini di masa kini

“Dengarkan degup jantung perempuan
lihatlah percikan darah yang datang setiap bulan.
Di luar sana jutaan perempuan-perempuan menyibak takdirnya.”

Sejarah adalah kanvas kehidupan,
yang dilukis dengan dimensi ruang dan waktu.
Perempuan, ibu revolusi, berdiri di persimpangan jalan,
mencari tempat dalam dinamika kehidupan.

Namun, patriarki telah membentuk
membenturkan pemahaman dan posisi perempuan,
membatasi ruang gerak dan kesempatan.

Pergerakan perempuan muncul di permukaan
Siti Nurbaya — Raden Ajeng Kartini
membongkar tembok pemahaman yang membatasi perempuan, membuka labirin baru untuk perempuan.

Di dalam tubuh perempuan tumbuh peradaban
yang dibentuk dan dipengaruhi
oleh sistem penjajahan jenis kelamin.

Tapi jangan lupa, bangsa ini telah berhutang pada perempuan
sebagai Ibu, madrasah pertama bagi anak-anaknya
yang saat ini sebagai pemimpin negeri ini

Perempuan yang menyusui,
perempuan yang menggendong
anak-anaknya sampai ke gerbang pintu masa depan
perempuan-perempuan yang menanam di pagi buta
untuk menghidupkan — hidup dan kehidupan
untuk memperjuangkan dan memuliakan

Perempuan-perempuan yang
kadang-kadang
kehilangan keheningan
kehilangan atas hak tubuhnya
kehilangan kemerdekaan batinnya
kehilangan harga diri karena dijajah hati, perasaaan dan pikirannya.

Perempuan yang membaca peta di tubuhnya.
Siang menjadi gudang.
Malam menjadi selimut.
Tapi kadang ia menjadi cerobong pabrik
yang memproduksi warna warni kecemasan,
asap – asap kemarahan pada situasi yang sulit diterima nalar.

Perempuan-perempuan yang diperkosa kenyataan
juga dijadikan objek arogansi profesi
dokter-dokter yang membius dan merampas kehormatan
kekuasaan yang merampas kemerdekaan perempuan
merampas dari rasa aman rasa nyaman
dalam kehidupan sehari-hari

Ia selalu mencatat kalimat yang tersirat,
betapa kata-kata lebih tajam dari belati,
sementara pada halaman buku tebal itu,
ia membaca mantra lebih wangi dari melati tapi bukan bunga,
ialah jejak puisi yang tak mati dihabisi.

Ada kalanya perempuan berteriak
Tuhan, tahun ini tubuh-tubuh buruh adalah hutan rimba
Pohon-pohonnya sibuk digergaji, menjelma kotak-kotak
Tanpa arloji, serupa peta luka terbuka dan menganga
Tak ada penyembuhnya kecuali waktu

Ayat-ayat yang menjerat leher, almanak mencatat
Jutaan nestapa umat : kaum marjinal luka-luka
Belum mengering dari dahulu, nyeri ke hulu

Wahai para penguasa!
Jangan biarkan perempuan-perempuan kartini hari ini
dibungkam dan dibenturkan ke dinding sunyi
hingga perjuangannya tak punya makna apa-apa

Jangan biarkan kartini-Kartini hari ini
berteriak dalam sunyi
berjuang sendiri
ditenggelamkan oleh pertanyaan-pertanyaan
yang tak pernah menemu jawaban

2025

Pesan untuk para perempuan

Perempuan mesti bisa menulis untuk menjahit lukanya sendiri.
~ Emi Suy

Dengan menulis kita menemukan ruang kontemplasi berbincang dengan Tuhan dan diri kita sendiri. Dalam Sunyi segalanya terdengar lebih nyaring.

BIODATA

Emi Suy lahir di Magetan, Jawa Timur, pada Februari 1979 dengan nama Emi Suyanti. Menggunakan nama pena Emi Suy, ia dikenal sebagai penyair perempuan Indonesia, aktivis kemanusiaan dan lingkungan hidup. Selain menulis, Emi menyukai olahraga dan fotografi.

Hingga saat ini, Emi Suy telah menerbitkan lima buku kumpulan puisi tunggal: Tirakat Padam Api (2011) serta trilogi Sunyi yang terdiri dari Alarm Sunyi (2017), Ayat Sunyi (2018), dan Api Sunyi (2020), serta Ibu Menanak Nasi Hingga Matang Usia Kami (2022). Selain itu, ia juga menulis buku kumpulan esai sastra berjudul Interval (2023).

Karya-karya puisi Emi Suy telah dimuat di lebih dari 200 buku antologi puisi bersama, sejumlah buku antologi cerpen, serta kumpulan esai dan artikel. Puisinya juga diterbitkan di berbagai media daring seperti Tatkala, Basabasi.co, Sastramedia.com, Kompas.id, dan Erakini.id. Di media cetak, puisinya pernah dimuat di Pikiran Rakyat Bandung, Malut Post, Lampung Post, Banjarmasin Post, Suara Merdeka, Media Indonesia, serta Kompas dll.

Di kancah internasional, puisinya pernah dimuat dalam majalah sastra berbahasa Inggris Porch Litmag. Emi Suy mengelola blog pribadinya di emisuy.id. Ia dapat dihubungi melalui email imeliavidy@gmail.com, Instagram @emisuy, dan Facebook Emi Suy.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *