LESTARI BUDAYA

Oktober 5, 2024

SUARA AKAR RUMPUT

“Mutiara” Leluhur, Ada Disini.

2 min read

Masyarakat adat ternyata hanya memiliki satu rival. Setelah semakin lebarnya celah bagi proyek globalisasi untuk memasuki ruang-ruang kehidupan rakyat, budaya dan kearifan lokal masyarakat tradisional yang masih memegang teguh nilai-nilai adat istiadat juga tidak luput dari fakta tak terbendungnya modernisasi dari segala aspek.


Meski demikian, upaya untuk melawan pengaruh negatif yang terjadi akibat akulturasi budaya itu, ternyata tetap ada, terlebih dalam soal menjaga kelestarian lingkungan. Di Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara misalnya, warga Suku Moronene sebagai penduduk asli wilayah itu hingga detik ini masih setia pada upaya menjaga kebudayaan warisan leluhur mereka. Pengaruh perubahan zaman dan globalisasi bagi mereka mesti diimbangi dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kearifan lokal dan budaya mereka sendiri.



“Merenungkan kearifan lokal bukan berarti kembali ke masa lalu atau menjadi masyarakat tradisional lagi, namun mencari mutiara-mutiara para leluhur dan menjadikannya sebagai pegangan setiap langkah ke depan” tukas Torop Rudendi, Ketua KPA Wilayah Sultra kepada suarapinggiran.online dalam acara Pesta adat Montewehi Wonua (Pensucian kampung) dan Mowusoi (Pesta panen).

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dan Konsorsiun Pembaruan Agraria (KPA) Nasional, masing-masing melalui sekjennya juga hadir dalam kegiatan yang digelar Masyarakat Adat Kampo Hukaea-Laeya Moronene ini, beberapa pekan lalu (30/10).

Lebih lanjut Torop menilai, kearifan lokal dapat berfungsi sebagai penyubur nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tatanan kehidupan-kehidupan masyarakat untuk melindungi serta mengelola lingkungan hidup. Menurutnya, Interaksi masyarakat lokal dengan alam ibarat dua sisi mata uang, yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.

Hal senada juga diungkapkan salah satu aktivis KPA wilayah Sultra, Didi Hardiana. Dalam pandangannya, masyarakat adat telah menganggap lingkungannya bukan sekedar pemberi keuntungan atau memberikan pendapatan (benefit), tetapi mereka juga berprinsip bahwa alam merupakan satu kesatuan dengan diri mereka. Masyarakat adat lebih sadar bahwa ketika alam atau lingkungan rusak, maka tempat mereka hidup pun akan terganggu.

“maka dengan demikian, masyarakat adat akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kelestarian alam atau lingkungannya. Artinya, ada rasa tanggung jawab yang besar dalam diri mereka untuk menjaga keseimbangan lingkungannya” tutupnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *