Menguntungkan bagi Petani, HIPTI dan STN Bakal Kembangkan Sorgum Di Konawe
2 min readSebagian besar warga di Sultra masih merasa asing dengan tanaman Sorgum. Padahal, Sorgum merupakan tanaman yang bisa menjadi bahan makanan pokok alternatif selain beras, kedelai dan gandum. Sorgum sangat potensial dikembangkan sebab terbilang mudah untuk dibudidayakan. Selain bahwa Sorgum mampu bertahan dalam lingkungan basah atau kering, tanaman ini juga resisten terhadap hama penyakit.
Ketua Umum Himpunan Pengusaha Tolaki Indonesia (HIPTI), Rusmin Abdul Gani (RAG) kepada media ini menuturkan pihaknya telah bekerjasama dengan Serikat Tani Nelayan (STN) Konawe untuk mengembangkan Surgum dan menjamin pasar komoditasnya di Kabupaten Konawe. Terlebih lagi, Presiden Jokowi telah menginstruksikan pengembangannya untuk memenuhi permintaan ekspor ke luar negeri.
“Sorgum sangat potensial untuk dikembangkan di Sultra termasuk di Konawe, karenanya kami menggagas kerjasama ini dengan STN Konawe sekaligus menjamin pembeliannya ditingkat petani. Sebab untuk diketahui juga, dalam setiap bulannya Pemerintah Thailand dan Australia membutuhkan ekspor Sorgum kita sebagai 3000 ton. Harapan saya, Konawe mampu menyumbang pemenuhan upaya tersebut” tukas RAG.
Di Indonesia sendiri, tercatat ada sekitar 15 ribu hektar lahan sorgum dan tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dikesempatan yang sama, Ketua Serikat Tani Nelayan (STN) Konawe, Jumran,S.IP juga menjelaskan tentang prospek keuntungan ekonomi serta mudahnya Sorgum untuk dibudidayakan. Selain mempunyai kemampuan adaptasi yang luas. Tanaman ini dapat berproduksi walaupun diusahakan di lahan kurang subur dan ketersediaan airnya yang terbatas. Belum lagi keuntungannya yang bisa didapatkan petani itu bisa mencapai 11 juta per hektarnya.
“Sorgum rata- rata ditanam pada musim tanam III atau musim kering. Saat ini musim tanam III sedang berakhir akan segera panen. Produksinya bisa 8 hinga 9 ton per hektar. Harga Sorgum Rp 5.000 per kilogram. Jika produksi 8 ton saja, maka hasil panen petani sebesar Rp 40 juta per hektar. Dengan biaya produksi Rp 7 juta per hektar maka pendapatan petani 33 juta per musim. Artinya pendapatan petani per bulan sebesar Rp 11 juta,”ujarnya.
Untuk diketahui, hampir seluruh bagian tanaman sorgum, seperti biji, tangkai biji, daun, batang dan akar, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri. Selain sebagai makanan pengganti beras, Produk olahan Sorgum saat adalah berupa sirup, gula, kerajinan tangan, pati, biomas, bioetanol dan tepung penganti terigu dan lainnya.
Manfaat kesehatannya pun tidak kalah dibanding tanaman palawija lain. Sorgum tidak memiliki kandungan gluten, kaya kandungan niasin, thiamin, vitamin B6, juga zat besi, dan mangan karenanya patut dikembangkan sebagai pangan alternatif yang menyehatkan. Selain bermanfaat untuk menjaga kadar gula darah, menurunkan berat badan, kandungan Sorgum juga mampu menahan laju pertumbuhan sel kanker serta bermanfaat untuk penderita asam lambung. (*)